Bayangkan jika di dekat kita ada seorang anak usia TK yang sudah pandai menirukan tokoh antagonis sinetron, misalnya dengan mendengus dan melirik dengan sinis kepada kita meskipun kita tidak mengenalnya. Tentunya kita sangat jengkel walaupun dia hanya seorang anak kecil yang mungkin melakukannya karena ketidakpahaman. Dan biasanya secara otomatis pikiran kita tertuju pada orangtuanya, yang bisa jadi tidak bisa menanamkan rasa penghargaan kepada anaknya.
Menghargai orang lain sebenarnya menghargai pada diri sendiri. Itu yang harus kita ingat dan tanamkan pada diri anak. Sebab jika kita ingin dihargai oleh orang lain, terlebih dahulu kita harus menghargai orang lain. Meskipun anak-anak usia dini masih dalam tahap belajar tentang cara menghargai dan menghormati orang lain, tetapi membangun rasa penghargaan pada orang lain sebenarnya sudah bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang bisa kita lakukan agar anak terbiasa menghargai orang lain adalah: pertama, latihlah anak-anak untuk berbicara yang baik, dengan bahasa dan tutur serta intonasi yang baik pula. Tunjukkan bagaimana cara berbicara yang sopan pada orang lain. Karena anak-anak yang sering mendengar teriakan, umpatan, cara bicara yang tidak sopan dari orang tuanya, secara otomatis akan menerapkan hal yang sama meski orang tuanya berusaha menunjukkan respect pada orang lain.
Kedua, bantulah anak-anak untuk bisa memecahkan masalah tanpa kekerasan. Ketika tengah menghadapi konflik, doronglah anak-anak untuk mengetahui apa sebenarnya masalah tersebut. Contohnya, jika adik (1,5 tahun) menyobek buku milik kakak (5 tahun) sehingga kakak menjadi marah, coba jelaskan masalah dengan mengatakan, Ibu tahu kakak marah, memang adik tidak seharusnya merobek buku kakak. Tapi kakak juga mengerti tahu kalau adik mungkin tidak sengaja menyobeknya karena itu dipikirnya makanan. Dengan mengetahui akar permasalahan, anak akan menjadi lebih menghargai orang lain dan tidak langsung menlakukan tindakan kekeeasan untuk mengatasi konflik.
Ketiga, ceritakan secara langsung tentang pentingnya menghormati orang lain dan terutama yang lebih tua karena memang itulah tuntunan akhlak dalam agama, juga sesuai dengan norma ketimuran kita. Ceritakan bagaimana kisah Nabi Muhammad yang menghormati semua orang. Karena Rasul juga pernah bersabda, Bukanlah termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati orang lain yang lebih tua di antara kita.
Menghormati dan menghargai pada orang yang lebih tua dan guru selayaknya sudah ditekankan sejak usia dini. Kita tidak ingin kehilangan jati diri sebagai muslim, karena dengan informasi yang mudah sekali diakses sekarang ini membuat anak-anak si peniru hebat itu dengan mudahnya menyerap segala sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma kepatutan ketimuran yang kita punya.
Al Ghazali telah mengatakan di Al-Ihya bahwasanya beliau menganjurkan anak-anak tidak dibiasakan meludah di majelisnya, mengeluarkan ingus, menguap di hadapan orang lain, membelakangi orang lain, bertumpang kaki, bertopang dagu, dan menyandarkan kepala ke lengan. Hendaknya anak-anak dibiasakan untuk mendengar dengan baik jika orang lain yang lebih dewasa darinya berbicara, berdiri menghormati orang yang lebih tua di atasnya, meluaskan tempat duduk, duduk di hadapan orang yang lebih tua dengan sopan, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang kotor. Dan kesemuanya itu jelas berkenaan dengan menghormati orang lain yang berawal dari menghargai diri sendiri.
Sementara itu untuk membuat anak-anak bisa menghargai diri sendiri dapat dilakukan dengan cara:
Doronglah anak-anak untuk membangun identitas diri yang positif yang fokus pada integritas dan kemampuan serta bakatnya.
Tekankan bahwa menghargai orang lain itu harus dilakukan setiap saat di dalam kehidupan sehari-hari.
Bekerjasamalah dengan anak untuk dapat membangun talenta dan bakatnya sehingga anak merasa dirinya adalah pribadi yang unik dan pantas dihargai.
Bantulah anak untuk mengambil keputusan memilih akhlak dan adab yang bagus, jelaskan tujuannya supaya hal itu bisa tertanam di hatinya.
Ajarkan anak meminta maaf, jika sudah mengidentifikasi konflik dan anak memang bersalah, maka mengajari meminta maaf terlebih dahulu akan membuatnya mampu menghargai diri sendiri dengan mampu berjiwa besar.
Berikan penghargaan yang tulus jika anak melakukan penghormatan pada orang lain. Misalnya, Wah, kakak sudah salim sama nenek, itu bagus!
Jangan berpihak atau langsung menghukum, apabila suatu hal ada konflik, maka jangan berpihak pada siapapun. Dudukkan masalah dengan benar. Itu akan membuat anak merasa bahwa dirinya dan orang lain juga punyak hak dan kesempatan yang sama.
Pada akhirnya, karakter menghargai orang lain dan diri sendiri itu akan melekat kuat di benak anak jika kita juga menghargai dan menghormati mereka, begitu juga karya-karya yang mereka buat, pekerjaan-pekerjaan baik yang sudah mereka lakukan, dan ucapan-ucapan santun yang mereka tuturkan.
Menghargai orang lain sebenarnya menghargai pada diri sendiri. Itu yang harus kita ingat dan tanamkan pada diri anak. Sebab jika kita ingin dihargai oleh orang lain, terlebih dahulu kita harus menghargai orang lain. Meskipun anak-anak usia dini masih dalam tahap belajar tentang cara menghargai dan menghormati orang lain, tetapi membangun rasa penghargaan pada orang lain sebenarnya sudah bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Beberapa cara yang bisa kita lakukan agar anak terbiasa menghargai orang lain adalah: pertama, latihlah anak-anak untuk berbicara yang baik, dengan bahasa dan tutur serta intonasi yang baik pula. Tunjukkan bagaimana cara berbicara yang sopan pada orang lain. Karena anak-anak yang sering mendengar teriakan, umpatan, cara bicara yang tidak sopan dari orang tuanya, secara otomatis akan menerapkan hal yang sama meski orang tuanya berusaha menunjukkan respect pada orang lain.
Kedua, bantulah anak-anak untuk bisa memecahkan masalah tanpa kekerasan. Ketika tengah menghadapi konflik, doronglah anak-anak untuk mengetahui apa sebenarnya masalah tersebut. Contohnya, jika adik (1,5 tahun) menyobek buku milik kakak (5 tahun) sehingga kakak menjadi marah, coba jelaskan masalah dengan mengatakan, Ibu tahu kakak marah, memang adik tidak seharusnya merobek buku kakak. Tapi kakak juga mengerti tahu kalau adik mungkin tidak sengaja menyobeknya karena itu dipikirnya makanan. Dengan mengetahui akar permasalahan, anak akan menjadi lebih menghargai orang lain dan tidak langsung menlakukan tindakan kekeeasan untuk mengatasi konflik.
Ketiga, ceritakan secara langsung tentang pentingnya menghormati orang lain dan terutama yang lebih tua karena memang itulah tuntunan akhlak dalam agama, juga sesuai dengan norma ketimuran kita. Ceritakan bagaimana kisah Nabi Muhammad yang menghormati semua orang. Karena Rasul juga pernah bersabda, Bukanlah termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati orang lain yang lebih tua di antara kita.
Menghormati dan menghargai pada orang yang lebih tua dan guru selayaknya sudah ditekankan sejak usia dini. Kita tidak ingin kehilangan jati diri sebagai muslim, karena dengan informasi yang mudah sekali diakses sekarang ini membuat anak-anak si peniru hebat itu dengan mudahnya menyerap segala sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma kepatutan ketimuran yang kita punya.
Al Ghazali telah mengatakan di Al-Ihya bahwasanya beliau menganjurkan anak-anak tidak dibiasakan meludah di majelisnya, mengeluarkan ingus, menguap di hadapan orang lain, membelakangi orang lain, bertumpang kaki, bertopang dagu, dan menyandarkan kepala ke lengan. Hendaknya anak-anak dibiasakan untuk mendengar dengan baik jika orang lain yang lebih dewasa darinya berbicara, berdiri menghormati orang yang lebih tua di atasnya, meluaskan tempat duduk, duduk di hadapan orang yang lebih tua dengan sopan, tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang kotor. Dan kesemuanya itu jelas berkenaan dengan menghormati orang lain yang berawal dari menghargai diri sendiri.
Sementara itu untuk membuat anak-anak bisa menghargai diri sendiri dapat dilakukan dengan cara:
Doronglah anak-anak untuk membangun identitas diri yang positif yang fokus pada integritas dan kemampuan serta bakatnya.
Tekankan bahwa menghargai orang lain itu harus dilakukan setiap saat di dalam kehidupan sehari-hari.
Bekerjasamalah dengan anak untuk dapat membangun talenta dan bakatnya sehingga anak merasa dirinya adalah pribadi yang unik dan pantas dihargai.
Bantulah anak untuk mengambil keputusan memilih akhlak dan adab yang bagus, jelaskan tujuannya supaya hal itu bisa tertanam di hatinya.
Ajarkan anak meminta maaf, jika sudah mengidentifikasi konflik dan anak memang bersalah, maka mengajari meminta maaf terlebih dahulu akan membuatnya mampu menghargai diri sendiri dengan mampu berjiwa besar.
Berikan penghargaan yang tulus jika anak melakukan penghormatan pada orang lain. Misalnya, Wah, kakak sudah salim sama nenek, itu bagus!
Jangan berpihak atau langsung menghukum, apabila suatu hal ada konflik, maka jangan berpihak pada siapapun. Dudukkan masalah dengan benar. Itu akan membuat anak merasa bahwa dirinya dan orang lain juga punyak hak dan kesempatan yang sama.
Pada akhirnya, karakter menghargai orang lain dan diri sendiri itu akan melekat kuat di benak anak jika kita juga menghargai dan menghormati mereka, begitu juga karya-karya yang mereka buat, pekerjaan-pekerjaan baik yang sudah mereka lakukan, dan ucapan-ucapan santun yang mereka tuturkan.
