Jumat, 29 April 2016

Mereduksi Perilaku Tidak Menyenangkan pada Anak #WiseParenting


Mereduksi Perilaku Tidak Menyenangkan pada Anak

        Kita selalu berharap agar hubungan dengan anak selalu mesra dan penuh rasa pengertian dan saling menghargai. Tapi selalu saja tidak bisa kita hindari adanya perilaku anak yang kadang tidak menyenangkan dan membuat kita segera mengambil tindakan. Mengapa anak-anak melakukan hal seperti itu, mari kita lihat beberapa penyebabnya.
1.      Kesulitan komunikasi.
            Ratih (2,5 tahun) mendadak berteriak dan membuang makanan yang baru saja diberikan oleh ibunya. Ibu terperanjat karena makanan yang baru diberikannya pada Ratih itu adalah kue yang paling disukai anak gadisnya. Bagaimana bisa Ratih langsung membuangnya ke lantai?
            Ibu Ratih tidak panik atau langsung memarahi Ratih. Tapi diangkatnya kue dari lantai dan diamati sekelilingnya. Rupanya ada beberapa semut yang menempel di kue tersebut. Ibu Ratih lalu menanyakan pada anaknya, apakah benar dia melempar kue tersebut karena ada semut-semut yang menempel. Ratih lalu mengangguk.
            Ibu yang bijak tidak langsung melakukan aksi baik verbal maupun tindakan karena anaknya menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan. Identifikasi dahulu masalahnya, baru kemudian mencari solusi agar hal serupa tidak terjadi atau dapat dikurangi.
            Dari analisa cerita di atas dapat disimpulkan bahwa Ratih mempunyai kesulitan berkomunikasi. Sehingga apa yang menurutnya benar dia lakukan langsung dikerjakannya, yaitu dengan berteriak dan membuang makanan ke lantai. Padahal seharusnya dia bisa bilang ke ibunya ada semut-semut yang tidak ia inginkan berjalan-jalan di kuenya.
            Anak dengan kesulitan berkomunikasi akan  langsung mengekspresikan keinginannya. Jadi orang tua mengajari untuk mengendalikan emosi dan meminta anak untuk memanggil orang tua jika ada sesuatu yang tidak dikehendaki anak.
            Memarahi anak akan membuatnya semakin mendapat kesulitan dalam berkomunikasi dan semakin membuatnya tidak bisa mengatur emosi karena mendapat contoh seperti itu dari orang tuanya.
            Jika kesulitan berkomunikasi semakin memburuk pada usia-usia selanjutnya, ada baiknya untuk mengajak anak ke therapist wicara bila diperlukan.
2.      Faktor lingkungan
            Andi (1 tahun) tanpa sebab menangis sejadi-jadinya saat tiba di acara pernikahan. Ini membuat orang tuanya bingung karena Andi biasa tenang bila diajak ke mal atau plaza. Kejadian itu juga membuat orang tua gusar karena mereka berada dalam pandangan banyak mata yang mengitarinya.
            Setelah diajak keluar dari area pernikahan, barulah Andi diam dan tak lagi menangis seperti saat di acara pernikahan. Rupanya Andi tidak menyukai keramaian yang terlalu, dengan musik acara pernikahan yang terlampau keras dan banyak manusia di dalamnya yang berlalu-lalang.
            Faktor lingkungan bisa membuat anak berubah perangainya. Bisa jadi karena tidak suka panas, kebisingan, atau udara yang terlalu dingin. Anak-anak yang sensitif seperti ini juga belum bisa berbicara secara langsung pada orang tua. Sehingga bila sudah diidentifikasi penyebabnya, orang tua bisa menyiapkan segala sesuatunya. Misalkan membawa kipas atau pakaian tipis bila anak sensitif terhadap panas, atau tidak lama-lama berada di keramaian jika anak sensitif terhadap suara.
3.      Mencari perhatian
            Saat ada tamu berkunjung, Rina (3 tahun) menukar minuman yang ada di gelas tamu dengan minuman miliknya. Hal ini tentu membuat orang tua jengkel terhadap Rina. Mereka serasa mendapat cap sebagai orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya dengan baik. Apalagi tamunya adalah kepala desa, orang yang paling dihormati di wilayah mereka.
            Si pencari perhatian biasanya sengaja menunjukkan perilaku mereka saat ada tamu atau orang lain di rumah, biasanya juga di keramaian, atau rumah orang laian, bahkan di sekolah.
            Jangan hiraukan anak yang mencoba mencari perhatian dari orang tua. Karena semakin ditanggapi, semakin kelakuannya menjadi-jadi. Sebab mereka mengira bahwa kehadiran mereka sudah mencuri perhatian banyak orang. Tapi jika tidak ditanggapi, biasanya mereka akan berhenti sendiri.
            Sebenarnya anak yang mencari perhatian juga merupakan bentuk komunikasi. Mereka melakukannya karena kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua di luar kejadian yang mereka lakukan. Oleh karenanya, berilah kepedulian saat mereka tidak sedang ingin mencari perhatian. Berilah pengertian bahwa tamu adalah orang yang patut dihormati. Dan berikan kepastian bahwa orang tua akan lebih memerhatikan atau peduli pada anak.

            Jika penyebab perilaku anak yang tidak menyenangkan bisa diidentifikasi, selanjutnya orang tualah yang bisa mereduksi perilaku tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog List

Term of Use

PAUD AMANAH BUNDA LAWANG Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino