Metode Menumbuhkan Karakter Anak
Untuk menumbuhkan karakter anak, diperlukan adanya cara-cara tertentu agar apa yang diharapkan dapat mencapai sasaran. Dalam bukunya Pendidikan Karakter dalam Perspektif Sipiritual, A. Muwahid Saleh menjabarkan tujuh metode dalam membangun karakter.
Melalui keteladanan
Ini adalah metode paling utama dan paling kuat. Orang tua hendaknya memulai dari hal yang sepele dan paling kecil. Seperti halnya membentuk susunan puzzle yang besar, maka hal-hal yang nampak kecil dan remeh jika tersusun rapi akan membentuk suatu bentuk yang lengkap dan sempurna.
Misalnya saja dengan membuang sampah pada tempatnya dimana saja berada akan membuat anak meniru kita. Banyak anak yang dengan santainya membuang bungkus permen begitu membukanya, tapi jika mereka diberi contoh membuang bungkus makanan di tempatnya (tidak hanya di rumah), bukan tidak mungkin mereka akan menahan diri untuk tidak segera membuang sampah jika di sekelilingnya belum ada tempat sampah. Walau terkesan remeh, membuang sampah pada tempatnya ini memupuk rasa tanggung jawab yang besar pada anak.
Salat selalu tepat waktu begitu adzan bergema juga contoh kecil yang bisa dilakukan orang tua. Sebab teladan tersebut selain ingin menyampaikan pesan agar mendekatkan anak untuk ingat dengan penciptanya, juga bermakna kedisiplinan dalam waktu.
Melalui simulasi praktek (experiential Learning)
Informasi akan diterima dalam beberapa tingkat prosentase di otak. Terdapat enam jalur informasi tersebut sampai di otak yaitu dengan melihat, mendengar, mengecap, menyentuh, membau, dan melakukan. Karena itu cara melakukan sendiri agaknya akan tersimpan lebih lama di memori.
Begitu juga dengan menanamkan karakter, jika anak melakukan langsung lewat pengalamannya sendiri akan lebih berdampak nantinya. Misalnya saja mengajak anak ke panti asuhan untuk menyalurkan sumbangan dengan didahului penjelasan bahwa kegiatan itu semata-mata lillahitaala. Atau mendorong mereka untuk mau belanja di warung terdekat supaya melatih keberanian. Bisa juga dengan bermain peran dengan keluarga sehingga anak mengerti dan paham seandainya mereka menjadi orang lain untuk melatih empati.
Menggunakan ikon dan afirmasi (menempel dan menggantung)
Mengenalkan sikap positif dapat dilakukan pula dengan ikon dan tulisan yang terdapat di dekeliling anak. Bebarapa tanda dan tulisan yang ditempel dan digantungkan di beberapa tempat atau di rumah kita sendiri akan menjadi semacam pengingat bagi anak untuk lebih disiplin dan menghargai orang lain.
Misalnya saja gambar tangan yang dicuci dengan sabun yang ditempel di tempat untuk mencuci tangan. Mengenalkan isyarat dilarang masuk di jalan yang kemudian harus dihindari. Atau tulisan salam di pintu rumah supaya mengingatkan mereka selalu mengucap salam di depan pintu semua orang.
Menggunakan kekuatan pengulangan (Repeat Power)
Mengucapkan secara berulang-ulang sifat atau nilai positif akan membuat anak merasa bahwa memang seperti itulah seharusnya mereka bersikap dan bertindak.
Misalnya saja dengan mengatakan, Kakak pasti sayang sama adik. Jika diucapkan berulang-ulang oleh orang tua akan meminimalisir rasa iri, perseteruan, dan tidak mau berbagi. Karena kakak merasa bahwa dirinya memang sayang kepada adiknya.
Menggunakan 99 sifat utama Allah (Asmaul Husna)
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al Asmaul Husna (nama-nama yang baik). Q.S Thoha (20): 8. Asmaul Husna atau sifat utama Allah yang 99 akan selalu mengingatkan bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut. Kemudian orang tua dapat menginternalisasi sifat tersebut dalam perangai dan kehidupan sehari-hari. Seperti bagaimana Rahman dan Rahimnya Allah Swt.
Menggunakan kesepakatan bersama
Kesepakan untuk nilai-nilai yang kita harapkan dapat dilakukan dengan langsung mengajak anak berembuk dan berdiskusi. Karena jika anak terlibat dengan aturan yang dia buat dan sepakati sendiri akan memunculkan rasa tanggung jawab besar untuk melaksanakannya.
Misalnya saja menepati jam main, jam belajar, dan jam tidur. Selalu jujur dan berterus terang, serta mandiri dan tidak gampang menyerah jika ada suatu masalah yang menerpa mereka.
Melalui penggunaan metafora
Metafora banyak terdapat dalam cerita dan kisah-kisah. Dan anak-anak akan selalu menyenangi cerita dan kisah dari buku-buku, terlebih buku bergambar. Melalui fabel dan penokohan, anak akan mengambil moral dan pesan positif dalam buku yang mereka baca atau dibacakan oleh orang tua.
Untuk itu sediakan buku-buku penuh moral yang mengandung karakter kuat. Sehingga anak dapat mengingat sesuatu yang menyenangkan dan bermakna. Sebab informasi atau pelajaran lebih terserap lama jika secara emosional mereka juga menyukainya.
0 komentar:
Posting Komentar