Anis (3 tahun) diajak berjalan-jalan oleh ibunya di pertokoan. Tiba di sebuah etalase yang dipenuhi dengan boneka, Anis pun terpesona pada satu boneka berambut panjang dengan tidak berkedip. Sedetik kemudian bocah perempuan itu langsung meminta pada ibunya untuk segera membelikan boneka tersebut. Ibu Anis merespon tidak karena merasa boneka Anis sudah banyak dan minggu lalu pun sudah pula ibunya belikan yang baru. Anis tetap ngotot dan berulang kali meminta ke ibunya. Sedang jawaban ibunya pun masih tidak. Tak seberapa lama Anis mulai menangis, semakin lama semakin kencang. Dan kini ia pun tidak mau bergerak dari tempat etalase tersebut. Malah ia bergulingan ke lantai dengan kaki yang menendang-nendang sembari menjerit dan menunjuk ke arah boneka yang dia inginkan.
Kita, orang tua, pasti pernah mengalami bagaimana seorang anak mengalami saat-saat marah yang keterlaluan, mengamuk, bergulingan di lantai, mencakar dirinya dan orang lain, membuang apapun yang ada di dekatnya, serta berteriak-teriak tak karuan dengan keras sembari menangis kencang. Itulah saat anak-anak mengalami temper tantrum. Masa yang membuat kita juga ikut terlibat dalam suasana stress, geregetan, marah, dan ingin sekali mengambil tindakan supaya anak kita segera menghentikan perbuatannya tersebut.
Temper tantrum sebenarnya perilaku umum yang biasanya didapati anak usia 0-6 tahun yang mungkin sekali ingin mengekspresikan kemarahannya dengan melakukan perbuatan seperti dicontohkan di atas, seperti menendang, membuang apapun yang ada di dekatnya, berteriak, menangis sejadi-jadinya, bergulingan di lantai, bahkan terkadang sampai menahan nafas hingga sesenggukan dan susah menghirup udara.
Tantrum mulai terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, ketika mereka mulai bertahap mengenal tentang konsep diri. Meskipun konsep aku dan apa yang sebenarnya kuinginkan cukup mampu mereka terima, tapi mereka terlalu kecil untuk mengetahui seharusnya bagaimana memuaskan apa yang mereka inginkan tersebut. Sehingga tantrum menjadi titik temu antara energi dan hasrat yang terlampau besar pada anak dengan kebutuhan dan keinginan yang ingin segera mereka wujudkan yang terkadang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata.
Biasanya tantrum memuncak di usia 2 hingga 3 tahun, dan akan mengalami penurunan pada usia 4 tahun. Sedang jika di usia 4 tahun atau lebih anak masih sering kali mengalami temper tantrum, ini harus diwaspadai dan dievaluasi oleh professional. Bisa jadi hal tersebut sudah menyimpang dari perilaku normal dan pencetus timbulnya masalah perilaku yang lebih besar lagi.
Kebanyakan tantrum di usia 2-3 tahun terjadi jika mereka mendapat perkataan atau jawaban dari orang tuanya tidak terhadap sesuatu yang mereka inginkan. Kemudian akan mereda jika keinginan yang anak-anak inginkan itu terlaksana. Sedangkan rentang masa terjadinya tantrum ini tergantung dari tingkat energi anak serta kesabaran dan keterampilan orang tua dalam pengasuhan. Karena tentunya kita ingin sekali menghentikan tantrum, bukan? Terlebih jika anak melakukan tantrum di tempat umum yang pastinya membuat kita menjadi gusar.
Rabu, 24 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar