Bertanggungjawab berarti mampu dipercaya, menepati janji, dan menghargai komitmen. Berani tanggung jawab juga berarti konsekuensi dari perkataan dan perbuatan. Anak-anak yang mempunyai rasa tanggung jawab tidak akan begitu saja mencari alasan-alasan pemakluman atas perbuatan yang ia lakukan atau malah justru menuduh orang lain yang melakukan.
Cobalah dengarkan gaya beberapa orang tua jika anaknya (1-3 tahun) secara tidak sengaja jatuh, mereka akan berkata, Sudah bangun tidak apa-apa, Iiihkodoknya nakal. Kalimat itu sering terdengar. Jika tidak menyalahkan kodok yang memang tidak ada di tempatnya, barang kali akan menyalahkan tembok, batu, kerikil, dan lainnya. Alangkah lebih baik jika mengatakan, Sudah bangun tidak apa-apa, nanti jika lewat sini hati-hati ya, matanya melihat ke bawah. Ungkapan tersebut lebih bermakna rasa tanggung jawab. Sebab kesalahan terjatuh disebabkan karena anak kurang berhati-hati. Bukan karena kodok dan sebagainya. Sehingga anak tidak akan melempar kesalahan dan tanggung jawab pada yang lain apabila dia yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Beberapa langkah bijak yang dapat kita lakukan agar anak mampu bertanggungjawab adalah sebagai berikut:
Beri contoh bagaimana bertanggungjawab. Dari pada menasehati dan memerintah, lebih baik contoh dan lakukan bersama anak. Misalkan sewaktu membereskan mainan setelah dipakai. Jika kita berteriak saja, kecil kemungkinan anak (2-3 tahun) akan dengan senang hati mengikuti. Tapi kita contohkan dengan bersama-sama merapikannya. Sambil terus diberi arahan bahwa seperti itulah cara merapikan mainan dengan benar.
Kenali perkembangan rasa tanggung jawab mereka. Sebab tidak ada yang instant dengan kemampuan mempunyai rasa tanggung jawab ini pada anak-anak. Semuanya diawali setahap demi setahap dan kita tidak bisa hanya langsung memberikan arahan tanpa harus mencontohkan seperti apa bentuk tanggung jawab tersebut. Ingat, anak usia dini masih berpijak pada nalar konkret. Contohnya, jika pada hari berikutnya anak belum merapikan mainan cobalah kembali merapikan bersamanya. Jika kita sendiri yang melakukannya, maka ia berpikir bahwa merapikan mainan adalah urusan orang tua dan bukan menjadi tanggung jawabnya. Di hari berikutnya, awasi saja sehingga dia sendiri dapat melakukannya sendiri.
Ajari anak memilih sesuatu disertai dengan konsekuensinya. Misalnya, jika suatu saat anak (2-4 tahun) merengek minta dibelikan balon maka katakan jika dia sudah mendapatkannya maka tidak ada lagi uang jajan, itu konsekuensinya. Dan kita harus menepati ucapan kita supaya dia belajar berkomitmen.
Jangan menunggu sampai anak selesai melakukan tanggung jawabnya, berilah penghargaan yang bisa menguatkan pengertian tanggung jawabnya. Misalkan, sepulang sekolah anak langsung menaruh sepatu dirak sepatu, langsung katakana saja, Nah, kalau ditaruh di situ kan jadi rapi dan indah.
Bersikap tenang bila ada perbuatannya yang membuat kita jengkel, misalnya menumpahkan susu di atas meja. Memarahinya bisa membuatnya mencari alasan dan pembenaran, tapi suruhlah untuk mengambil lap lalu membersihkan tumpahan meja. Karena itu konsekuensi atas kelalaiannya.
Hindari terlalu memanjakan anak. Ingatlah bahwa masalah-masalah kecil pada anak yang sering kita selesaikan sendiri tidak akan membuatnya bertambah rasa tanggung jawabnya, padahal di belakang hari segudang masalah akan menanti mereka. Misalkan pada anak 5-6 tahun dengan selalu menyuapi, menatakan tas sekolah dan mainan, dan memakaikan baju.
Beritahukan tentang waktu dan jam. Meskipun anak-anak belum bisa melihat jam, tapi jika kita beritahu bahwa lima menit lagi harus mandi, atau sepuluh menit waktunya tidur, atau lima belas menit lagi menyudahi permainan. Dan itu juga berarti memberi konsekuensi pada anak untuk memilih. Jika tanpa pemberitahuan tiba-tiba kita memerintahkan mereka untuk tidur misalnya, bisa jadi mereka akan mengamuk karena tidak mau. Tapi dengan memberi kesepakatan waktu, jelas mereka akan menyadari konsekuensinya sendiri.
Buku-buku cerita dan kisah dapat juga membuat anak mempunyai gambaran bagaimana seharusnya rasa tanggung jawab itu dimiliki.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak membutuhkan waktu dan bertahap. Tapi jika dilakukan dengan kuat dan tegas serta konsisten diterapkan, maka karakter tanggung jawab mudah-mudahan dapat ditumbuhkan selagi dini.
Dan bagaimanapun juga kelak anak-anak kita akan menjadi pemimpin, sehingga karakter tanggung jawab harus ia lekatkan dalam-dalam di kehidupannya. Lalu terlihatlah beberapa ciri yang bisa dilihat pada diri anak yang sudah terlatih mempunyai rasa tanggung jawab tersebut. Diantaranya adalah selalu mengerjakan pekerjaan atau tugas dengan cara terbaik, maksimal dan penuh semangat, tidak mudah menyalahkan orang lain atas kegagalan dan kesalahan dalam pekerjaan yang diamanahkan kepadanya, menuntaskan pekerjaan dan tidak setengah-setengah berhenti di tengah jalan, dan membiasakan diri untuk selalu bersemangat dan tidak bermalasan.
Senin, 01 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar