Senin, 28 Agustus 2017

AYO KE MASJID


         Masjid memang bukan tempat rekreasi. Tapi di masjid orang dapat memperoleh tujuan rekreasi itu sendiri, yaitu menenangkan jiwa dan membuat bahagia. Anak-anak tak ada salahnya diajak ke tempat yang mulia tersebut. Mengenalkan masjid sebagai tempat beribadah dan tempat penyembahan kaum muslim akan membuatnya mencintai untuk selalu ke masjid saat adzan sudah menyeru. Terutama yang rumahnya berdekatan dengan masjid.
Namun ada kalanya beberapa orang tua yang salat di dalamnya terkadang merasa terganggu dengan tingkah polah anak 2 atau 3 tahun yang ada di masjid. Bagaimana tidak? Ketika sedang khusuk-khusuknya dalam takbir dan ruku’ tiba-tiba seorang anak menghampiri dan menginjak-injak tempat sujudnya. Lalu berlarian ke sana ke mari bahkan berupaya menaiki tangga mimbar. Akhirnya, tak jarang ada orang yang melarang anak-anak dibawa ke masjid dengan mengatasnamakan kekhusukan.
Baiklah, saya tidak akan menyalahkan orang tua yang merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak di masjid. Bahkan terkadang ada seseorang yang menegur dan memerintahkan untuk langsung menggendong pulang anak yang menangis di dalam masjid. Belum lagi ketika nanti bocah kecil itu menangis karena minta pulang atau mendadak merengek ingin pipis.
Pun saya juga tak akan pernah menyalahkan anak-anak yang begitu antusias ingin melihat seperti apakah tempat untuk memuja Penciptanya tersebut. Bukti bahwa rasa keingintahuannya yang tinggi terekam saat dia berlarian ke sana ke mari, memandangi orang yang salat, atau berupaya mendekat ke imam salat.
Kemudian jika ada peringatan untuk tidak membawa anak kecil ke masjid, apakah kita tidak akan mengenalkan anak-anak ke tempat suci tersebut? Meskipun mereka belum baligh dan belum mendapat kewajiban untuk menunaikan salat, ada baiknya untuk sekali-kali mengenalkan masjid.
Pilihan bijak membawa anak usia dua atau tiga tahun ke masjid adalah saat salat berjamaah belum dikerjakan. Diawali dengan mengatakan bahwa masjid adalah tempat suci sehingga langkah kaki pun harus suci saat memasukinya. Maka paling tidak basuhlah kaki sebelum memasuki masjid, atau sekalian mengenalkan bersuci (wudhu) pada anak-anak. Berikutnya terangkan bahwa jika salat berjamaah ditunaikan hendaknya diam dan mengikuti gerakan-gerakan salat. Dan itu jauh lebih efektif jika di rumah sebelumnya sudah diajari dan dibiasakan untuk mengikuti gerakan salat. Meskipun saya menjamin anak-anak akan lebih nyaman untuk duduk di pangkuan atau menaiki punggung saat sujud dilakukan.
Dan tidak perlu marah jika anak-anak ingin menaiki punggung atau minta digendong. Karena Rasul pun dengan rasa cintanya menggendong cucu beliau saat salat sedang berlangsung. Diriwayatkan oleh Abu Qatadah Al-Anshari bahwasanya Ruasulullah SAW pernah salat sembari menggendong Umamah, putri Zainab. Apabila sujud, beliau meletakkan cucunya itu ke tanah; dan apabila bangun, beliau menggendongnya kembali (Bukhari, Kitabush Shalat 486)

ALLAH ITU MAHA PENYAYANG, NAK


       Tiba-tiba saja ketika bermain dengan kakaknya, Nawwaf (4 tahun) berseru, “Nanti Allah marah! Kakak tidak boleh mengambil mainanku. Sekarang serahkan padaku! Mana, ayo cepat! Nanti saya laporkan Allah!”
Saya amat tertegun saat anak kedua saya bisa melontarkan kata-kata seperti itu pada kakaknya. Tentu saja karena apa yang baru saja keluar dari mulut kecilnya tersebut mengandung tiga interpretasi linear sekaligus bagi saya, sebagai ayahnya. Pertama, Alhamdulillah, anak itu sudah mengenal Tuhannya walau sejauh apa yang bisa ia terima di nalarnya (setidaknya dia menyebut asma Allah). Dan yang kedua, adanya persepsi Tuhan yang marah jika terdapat kelakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Serta yang ketiga, baginya Tuhan adalah tempat untuk melaporkan segala sesuatu.
Ada perasaan yang bergetar saat si kecil Nawwaf sudah biasa menyebut nama Tuhan. Entah itu Bismillah, Alhamdulillah, doa sebelum makan, doa sebelum tidur, dan lainnya. Mengenalkan adanya Allah sebagai satu-satunya pencipta alam semesta dan pengatur jagad raya itu memang tugas utama dan prioritas awal sebagai orang tua. Bukankah fitrah manusia memang ingin menghamba dan mencari Tuhannya? Kalaupun nanti anak-anak kelak dewasa dan mampu berfikir dengan benar, saya yakin semuanya akan mencari jati dirinya sebagai ciptaan dari Tuhan.
Namun, tidak semua anak-anak paham dengan sifat-sifat Allah. Nawwaf kecil bahkan mengidentikkan Tuhan sebagai sosok yang mudah sekali marah serta paling ditakuti oleh semua anak yang lain. Benar, Tuhan memang harus ditakuti. Karena semua perintah dan larangan-Nya wajib ditaati. Tetapi Tuhan juga mempunyai kasih dan sayang yang berlimpah kepada seluruh hambanya.
Maka pangkulah anak-anak kita. Berilah contoh sempurnanya tubuh kita yang diciptakan oleh-Nya. Mata yang bisa melihat keindahan dunia, telinga yang bisa mendengar merdunya suara, lidah yang dapat merasakan kenikmatan makanan, serta udara yang tiada habis kita hirup sepanjang hari. Dan itu adalah karunia Allah yang tiada batas pada manusia. Jadi, Nak, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah mengasihi dirimu, juga ayah ibumu.
Saya trenyuh saat Nawwaf akan melaporkan kelakuan kakaknya yang tidak ia sukai pada Allah. Meskipun anak-anak biasa suka jujur dan terasa asal berbicara. Tapi setidaknya dia tahu bahwa Allah itu tempat mengadukan semua permasalahan yang ada. Dan perlu ada penjelasan bahwa Allah bukan semata-mata Dzat untuk mengadu, tetapi juga memohon segala sesuatu.
Kemudian ajaklah anak-anak kita untuk mengangkat tangan bersama. Berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Meminta kelapangan rizki dan usia panjang yang berkah. Bahkan harapan-harapan konkret anak yang bisa ia nalar pun tidak ada salahnya dilantunkan. Misalnya saja berdoa untuk meminta mobil mainan, sepeda, buku bergambar yang baru, dan yang lainnya. Bukankah Allah Maha Mengabulkan segala permintaan orang yang meminta. Atau paling tidak sudah tertanam oleh anak bahwa Allah tempat bergantung hambanya. Dan rizki yang diperoleh dari orang tuanya itu sebenarnya rizki yang datang dari Allah SWT.

Minggu, 20 Agustus 2017

KARNAVAL TEMA SERANGGA PAUD AMANAH BUNDA TAHUN 2017








Lucu-lucu dan menggemaskan. Demikian komentar banyak orang di sepanjang jalan Murnajati-Argo Tunggal-Argo Moyo-Pujasera Lawang, tempat acara karnaval PAUD (KB-TK) dan sederajat di Kecamatan Karnaval pada Ahad (20/8/2017).
Acara yang tidak setiap tahun digelar oleh Pemerintah Kecamatan Lawang tersebut tentu disambut antusias oleh warga Lawang dan sekitarnya. Manusia begitu banyak yang memadati area karnaval hingga bergerak saja rasanya susah dilakukan oleh peserta karnaval tahun ini.
PAUD Amanah Bunda pun tak bisa tinggal diam dalam menyambut gelaran ini. Tema yang diusung juga berbeda dari lembaga lainnya. Jika lembaga lain hanya berkutat dengan kostum daeran, profesi, daur ulang, atau carnival. Maka PAUD Amanah Bunda memakai kostum dengan tema serangga pada acara tersebut.
Alhasil, ada kupu-kupu, capung, lebah, dan kepik yang terbang di jalanan. Semua penonton bertepuk tangan dan menyemangati anak-anak yang berjalan cukup jauh ini.
Pokoknya tetap senang. Lebih penting lagi ada pembelajaran yang bisa dipetik dari tema serangga ini.
Bahwa setiap serangga memilih habitat air yang jernih bagi mereka. Itu artinya apa? Dengan antusias anak-anak menjawab, "kita harus menjaga lingkungan, Bunda!"
 

My Blog List

Term of Use

PAUD AMANAH BUNDA LAWANG Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino