Senin, 28 Agustus 2017

ALLAH ITU MAHA PENYAYANG, NAK


       Tiba-tiba saja ketika bermain dengan kakaknya, Nawwaf (4 tahun) berseru, “Nanti Allah marah! Kakak tidak boleh mengambil mainanku. Sekarang serahkan padaku! Mana, ayo cepat! Nanti saya laporkan Allah!”
Saya amat tertegun saat anak kedua saya bisa melontarkan kata-kata seperti itu pada kakaknya. Tentu saja karena apa yang baru saja keluar dari mulut kecilnya tersebut mengandung tiga interpretasi linear sekaligus bagi saya, sebagai ayahnya. Pertama, Alhamdulillah, anak itu sudah mengenal Tuhannya walau sejauh apa yang bisa ia terima di nalarnya (setidaknya dia menyebut asma Allah). Dan yang kedua, adanya persepsi Tuhan yang marah jika terdapat kelakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Serta yang ketiga, baginya Tuhan adalah tempat untuk melaporkan segala sesuatu.
Ada perasaan yang bergetar saat si kecil Nawwaf sudah biasa menyebut nama Tuhan. Entah itu Bismillah, Alhamdulillah, doa sebelum makan, doa sebelum tidur, dan lainnya. Mengenalkan adanya Allah sebagai satu-satunya pencipta alam semesta dan pengatur jagad raya itu memang tugas utama dan prioritas awal sebagai orang tua. Bukankah fitrah manusia memang ingin menghamba dan mencari Tuhannya? Kalaupun nanti anak-anak kelak dewasa dan mampu berfikir dengan benar, saya yakin semuanya akan mencari jati dirinya sebagai ciptaan dari Tuhan.
Namun, tidak semua anak-anak paham dengan sifat-sifat Allah. Nawwaf kecil bahkan mengidentikkan Tuhan sebagai sosok yang mudah sekali marah serta paling ditakuti oleh semua anak yang lain. Benar, Tuhan memang harus ditakuti. Karena semua perintah dan larangan-Nya wajib ditaati. Tetapi Tuhan juga mempunyai kasih dan sayang yang berlimpah kepada seluruh hambanya.
Maka pangkulah anak-anak kita. Berilah contoh sempurnanya tubuh kita yang diciptakan oleh-Nya. Mata yang bisa melihat keindahan dunia, telinga yang bisa mendengar merdunya suara, lidah yang dapat merasakan kenikmatan makanan, serta udara yang tiada habis kita hirup sepanjang hari. Dan itu adalah karunia Allah yang tiada batas pada manusia. Jadi, Nak, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah mengasihi dirimu, juga ayah ibumu.
Saya trenyuh saat Nawwaf akan melaporkan kelakuan kakaknya yang tidak ia sukai pada Allah. Meskipun anak-anak biasa suka jujur dan terasa asal berbicara. Tapi setidaknya dia tahu bahwa Allah itu tempat mengadukan semua permasalahan yang ada. Dan perlu ada penjelasan bahwa Allah bukan semata-mata Dzat untuk mengadu, tetapi juga memohon segala sesuatu.
Kemudian ajaklah anak-anak kita untuk mengangkat tangan bersama. Berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Meminta kelapangan rizki dan usia panjang yang berkah. Bahkan harapan-harapan konkret anak yang bisa ia nalar pun tidak ada salahnya dilantunkan. Misalnya saja berdoa untuk meminta mobil mainan, sepeda, buku bergambar yang baru, dan yang lainnya. Bukankah Allah Maha Mengabulkan segala permintaan orang yang meminta. Atau paling tidak sudah tertanam oleh anak bahwa Allah tempat bergantung hambanya. Dan rizki yang diperoleh dari orang tuanya itu sebenarnya rizki yang datang dari Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog List

Term of Use

PAUD AMANAH BUNDA LAWANG Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino