Pola asuh amat mempengaruhi sikap dan karakter anak. Sehingga kita perlu untuk merubahnya lebih bijaksana agar anak-anak mengerti jika keberadaannya sangat berarti bagi kita. Dan dia pun paham bahwa keberadaan kita juga sangat berarti bagi mereka. Dengan demikian anak-anak yang cenderung suka membangkang dan menentang dapat mengurangi sikap mereka tersebut pada kita.
Selayaknya kita bijaksana menyikapi anak-anak yang suka membangkang setelah mengidentifikasi pemicunya, meskipun kita memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk membuatnya lebih disiplin dengan secepat kilat. Karena layaknya sebuah karakter lainnya, kedisiplinan berasal dari pembiasaan yang dibudayakan. Sehingga alangkah baiknya bila semua hal buruk anak juga dikembalikan lagi pada diri kita masing-masing.
Introspeksi diri adalah langkah awal untuk memperbaiki keadaan. Mungkinkah anak kita belajar cara membangkang dari kita sendiri? Misalnya, apakah kita memaksakan suatu hal kepada anak seperti kita melakukannya kepada teman-teman kita? Ataukah kita menolak mendengarkan permintaan keluarga ketika bernegosiasi dan bermusyawarah di rumah? Apakah kita menginginkan semua peraturan dipatuhi tanpa kecuali? Apakah kita terlalu menuntut atau terlalu mengendalikan? Intinya adalah apakah kita menampilkan sikap yang kita inginkan untuk ditiru anak? Karena sudah berulang kali disampaikan bahwa anak-anak adalah peniru yang ulung. Dan tentu saja role model terdekatnya adalah kita, para orang tua.
Cobalah ingat respon kita kepada anak akhir-akhir ini. Bagaimana kita menyampaikan permintaan kepada anak? Apakah kita menyatakan permintaan dengan nada yang tenang dan menghargai, ataukah malah sebaliknya dengan berteriak, memaksa atau mengancam? Apakah kita bersikap santun dan menunggu anak dengan sopan? Apakah kita terlalu menuntut kepatuhannya? Ataukah bersedia mendengarkan permintaan anak? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya dengan hati yang jernih dapat kita ungkap.
Berikutnya untuk memahamkan anak supaya meminimalisasi pembangkangan, coba tekankan rasa empati ini pada anak, Perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan. Hargai orang lain seperti halnya kamu juga ingin diperlakukan.
Ajarkan pada anak untuk menanyakan pada diri sendiri sebelum dia melakukan sesuatu, Apakah kamu mau diperlakukan seperti itu? Jika anak sudah bisa mengungkapkan perasaan dan juga dapat merasakan perasaan orang lain, itu akan jauh lebih mudah membuatnya untuk bisa mengendalikan ucapan dan tindakan yang sekiranya dapat membuat orang lain merasa tersinggung, marah, jengkel, dan sebagainya.
Anak-anak pembangkang juga cenderung mengubah segala hal menjadi perebutan kekuasaan, yang berujung pada pertengkaran. Kita sebaiknya selektif memilah masalah yang agak terasa penting, misalnya masalah akhlak, dan membiarkan masalah yang tidak begitu penting, seperti makan sayur, untuk menjaga kondisi rumah lebih tenang dari frekuensi pertengkaran antara kita dan anak. Sebab sering kali pertengkaran itu disebabkan oleh cara kita meminta anak untuk patuh dalam sekejap, sedang banyak sekali sesuatu yang menurut kita baik bagi anak malah selalu ditentangnya. Dan tentu saja, dengan menyeleksi secara bijaksana banyaknya permintaan dan tuntutan kita yang nanti dapat berujung pada pertengkaran dengan anak.
Meskipun komunikasi masih menjadi inti dari permasalahan anak yang menentang, tetapi ada beberapa tehnik khusus yang dapat dilakukan untuk dapat mereduksi penentangan dan pembangkangan. Deborah Carol dan Stella Reid dalam buku Nanny 911, mengemukakan beberapa trik seperti di bawah ini:
Turunkah tubuh kita sejajar dengan tinggi anak, bisa dengan membungkuk, berlutut, atau duduk.
Tatap mata anak, ini adalah proses yang amat penting. Jika diperlukan palingkan wajah anak pada kita sehingga kontak mata dapat terjalin, tentunya dengan rengkuhan tangan yang lembut saat memalingkan wajahnya.
Apabila anak dalam keadaan marah, kita dapat mengusap bagian punggung atau perutnya. Kita tidak perlu memeluk atau menariknya, kecuali anak dalam kondisi sangat histeris dan perlu ditenangkan. Jika anak histeris, biarkan dia tenang dulu sebelum memulai percakapan apapun. Dan mintalah anak untuk mengatur pernafasan dengan menarik nafas dalam-dalam.
Jaga nada suara kita, berkatalah dengan suara yang tegas tetapi lembut. Suara seseorang secara alami berfluktuasi naik turun ketika sedang bahagia atau dalam keadaan senang. Suara serius untuk mempertegas adalah suara yang tidak bernada terlampau tinggi.
Beri ungkapan kepada anak untuk membantu mengalirkan percakapan dan perasaannya. Misal, Coba ikuti ibu, kemudian, Apa yang membuatmu kesal?
Ulangi apa yang yang dikatakan oleh anak. Itu menunjukkan kepada mereka kalau kita benar-benar mendengarkan apa yang telah mereka ucapkan.
Jangan langsung menyela. Biarkan anak menyelesaikan apa yang ingin mereka sampaikan tanpa harus disela oleh kita.
Tetaplah tenang. Ketenangan kita menghadapi anak-anak akan mendorong mereka lebih tenang dari sebaliknya.
0 komentar:
Posting Komentar