Sabtu, 03 September 2016

Tipe Pola Asuh Orang Tua #WiseParenting


            Tanpa disadari, pola asuh kita terhadap anak akan sangat berpengaruh pada mentalitas dan cara pandang kehidupan anak itu sendiri. Bayangkan orang tua yang terlalu keras dan sangat kaku menerapkan pola asuh sampai anaknya berpendapat saja tidak berani mengucapkannya. Atau orang tua yang terlalu sayangnya hingga memanjakan anaknya sampai orang tuanya tidak mau sama sekali berkonflik dengannya. Nah, beberapa pola asuh tersebut langsung bisa kita ketahui ujungnya. Bagaimana dengan kita?
            Menurut Diana Baumrind dalam Effective Parenting during the Early Adolescent Transition membagi pola asuh menjadi 4 bagian, yakni permisif, otoriter, demokrasi, dan lepas tangan. Keempatnya memiliki pola asuh yang khas dan bisa berakibat pada kebebasan atau kontrol pada anak yang berlainan.
            Pola permisif yaitu pola asuh orang tua yang berusaha untuk sama sekali meniadakan hukuman, menerima apapun keinginan anak, selalu membenarkan cara anak meski meledak-ledak, mengiyakan hasrat anak, dan aksi mereka. Orang tua seperti ini sangat hangat pada anak-anaknya tetapi tidak pernah memerintah. Mereka sangat memanjakan dan pasif dalam pola asuh, dan orang tua seperti ini sangat percaya bahwa untuk mewujudkan kasih sayang mereka adalah melalui harapan yang membahagiakan pada anak.
            Orang tua permisif tidak suka mengatakan ketidakpuasan pada anak-anak mereka. Dan hasilnya, anak-anak akan melakukan apapun sebebas-bebasnya tanpa kontrol dari orang tua. Anak-anak bisa dengan sesukanya memilih keputusan apapun yang mereka inginkan tanpa masukan dari orang tuanya. Akibat dari pola asuh seperti ini adalah anak-anak yang kurang dapat mengendalikan egonya dan seenaknya sendiri.
            Pola asuh kedua adalah otoriter. Orang tua semacam ini sangat ketat mengontrol anak. Mereka mengagungkan kedisiplinan, menggunakan hukuman, dan selalu menyuruh anak-anak untuk taat pada perintah yang mereka buat. Pokoknya semua perkataan orang tua harus dituruti karena ada konsekuensi yang mereka terapkan jika anak membantah dan tidak patuh.
            Orang tua otoriter tidak perlu mendiskusikan apapun tentang peraturan yang berlaku di rumah. Karena yang penting, semua yang mereka perintahkan harus dipatuhi anak. Orang tua semacam ini juga percaya bahwa anak-anak harus menerima, tanpa membantah sedikitpun, aturan dan perintah yang mereka buat. Pada kenyataannya, anak-anak dengan orang tua semacam ini akan menghasilkan dua sikap berbeda anak, terutama jika berada di luar lingkungan rumah. Pertama, kemungkinan anak akan menjadi pemberontak, dia akan merasa sangat bebas ketika tidak berada di dalam rumahnya sehingga terhindar dari tekanan-tekanan yang membelenggunya. Lalu bisa jadi menghasilkan sifat agresif. Sedangkan yang kedua, kemungkinan anak tidak dapat mandiri dan tidak punya inisiatif. Seringnya perintah dan perlakuan keras orang tua membuat anak seolah takut melakukan apapun karena ada konsekuensi baginya jika salah dalam melakukan sesuatu. Akhirnya anak hanya pasif dan tak akan melakukan apapun sebelum diperintah terlebih dahulu.
            Orang tua demokrasi mencoba memberikan kebebasan pada anak tetapi dalam batas-batas dan kendali. Mereka tidak akan langsung bicara, “Pokoknya ibu sudah katakan seperti itu, harus tetap dilaksanakan!” tapi mereka mendengarkan alasan dalam sudut pandang dan alasan yang dibuat anak, “Ibu memberimu waktu lima menit, sesudah itu kamu harus melaksanakannya.”
            Orang tua tipe ini mau untuk diajak berdiskusi dengan anak-anak, menyepakati bersama aturan, dan menerapkan aturan sesuai dengan kesepakatan yang sudah diketahui bersama dengan anak-anak. Sehingga anak-anak akan belajar pula tentang tanggung jawab karena mereka mengetahui sebelumnya konsekuensi apa yang akan diperoleh jika melakukan atau tidak melakukan ini dan itu.
            Orang tua yang lepas tangan adalah pola asuh terakhir. Biasanya orang tua seperti ini mempunyai waktu amat sedikit untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Mereka tidak akan memerintah atau mengiyakan apapun dari anaknya. Semua terserah anaknya karena mereka tidak terlibat apapun atau bahkan mengabaikan akan. Kalimat yang sering diucapkan orang tua model ini seperti, “Terserah, pokoknya saya tidak mau tahu!” atau, “Mengapa ibu harus peduli?”

            Akibat dari orang tua yang berlepas tangan karena tidak memiliki banyak waktu dengan anak adalah seperti pada halnya pada pola asuh permisif. Anak akan mempunyai perilaku seenaknya, bebas sebebas-bebasnya, bahkan lebih parah lagi yakni bermasalah pada perilakunya di kehidupan sosial.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog List

Term of Use

PAUD AMANAH BUNDA LAWANG Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino