Lia (5 tahun) kedapatan ibunya hanya meletakkan bungkus permen begitu saja di atas meja setelah ia makan. Ibunya kemudian berkata, Sayang, bungkus permennya kan seharusnya dibuang di tempat sampah. Lia langsung memandang ibunya dengan mimik cemberut seraya menjawab, Sebentar Ma, aku sedang mewarnai buku gambarku.
Gambaran di atas tentu menunjukkan sebuah penentangan atau bantahan seorang anak yang tidak mau dengan segera membuang bungkus permennya karena dia masih sibuk mewarnai buku gambarnya. Tapi bila bijak kita akan mencoba menarik kesimpulan sendiri secara sederhana, bahwa anak memiliki alasan logis mengapa dia tidak segera membuang sampahnya, yaitu dia masih asyik dan berkonsentrasi penuh dengan urusannya mewarnai.
John Gray dalam Children are from Heaven mengatakan bahwa fase anak yang mulai protes dan menentang terhadap orang tua adalah bentuk perlawanan yang disebabkan anak sudah mulai mempunyai keinginan dan kebutuhannya sendiri. Penentangan ini juga menunjukkan jika anak sudah mulai memasuki tahap mandiri dan ingin tidak bergantung pada orang tuanya.
Sekarang mari bayangkan keempat penanganan empat tipe pola asuh seperti yang sudah dipaparkan di atas. Orang tua jenis otoriter tentu akan berkacak pinggang dan dengan muka marah langsung berseru, Sekarang juga buang sampahnya! Atau Mama juga akan membuang buku gambarmu sekalian!
Mungkin Lia akan langsung membuang sampahnya karena dia tidak bisa lagi mendebat ibunya yang marah. Tapi dalam hati dia akan tetap menggerutu. Dan mulailah akal cerdiknya mencari alasan supaya esok hari tidak mendapat marah jika meletakkan bungkus permen di atas meja. Bisa saja bungkus permen akan diselipkan di tas, di buku, atau alasan lainnya. Dan karena sekarang Lia sudah jengkel, bisa jadi moodnya mewarnai juga hilang. Akhirnya dia hanya duduk di atas kursi menatap gambarnya sambil terus cemberut.
Sementara itu orang tua tipe permisif akan langsung pergi tanpa berkata apa-apa dengan membawa sendiri bungkus permen yang tadi digeletakkan Lia di atas meja. Lia akan melirik sedikit ke ibunya dan dia senang di dalam hati. Berarti besok dia tidak perlu lagi membuang sampah ke tempat sampah. Toh, ibunya selalu membereskannya.
Sedang tipe demokrasi mencoba mendiskusikan terlebih dahulu dengan anak, Baiklah, sayang, tapi jika sudah selesai mewarnai pohonnya segera dibuang dulu ya bungkusnya. Nanti banyak semut yang mengerubuti bungkus permennya lho! Jadi jijik deh mejanya. Dan masih asyik mewarnai Lia menjawab, Ya, Ma. Ibunya pergi dari tempat duduknya tapi masih lagi berkata, Lima menit lagi Mama akan lihat apa kamu sudah membuang bungkusnya apa belum. Tipe orang tua demokrasi mencoba memberi kepercayaan pada anak untuk melakukan tanggung jawab. Tapi harus juga dilihat bentuk kepercayaan dan tanggung jawab anak itu hasilnya. Karena jika dalam lima menit belum dibuang bungkus permennya, maka orang tua harus tegas pada anak.
Tipe pola asuh yang keempat atau lepas tangan, tidak akan merespon apapun terhadap kegiatan anak-anak. Mereka mungkin akan terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hanya berbasa-basi menanyakan ini dan itu pada anak. Walau urusannya itu sekadar menonton acara gossip televisi. Anak pun merasa tidak perlu mengatakan apapun pada orang tua, toh percuma juga apabila kegiatan dan hasil karyanya ditunjukkan. Orang tua tidak akan menggubrisnya. Sehingga timbullah pemikiran bahwa apapun yang ia lakukan di dunia ini tidak ada yang memedulikan.
Selasa, 06 September 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar